Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Untuk diketahui, PT Pertamina menaikkan harga Pertalite dari Rp 7.600 menjadi Rp 7.800 per liter di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seluruh Indonesia.
Menurutnya, harga minyak dunia saat ini hampir mencapai 70 dolar AS per barel. Mau tidak mau, lanjutnya, pemerintah memang harus menyesuaikan harga BBM.
Meski begitu, SBY meminta pemerintah memberikan bantuan kepada lapisan masyarakat golongan ekonomi bawah yang terdampak akibat naiknya harga BBM. “Silakan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tepat, tapi tolong ulurkan tangan kepada masyarakat yang membutuhkan,” kata SBY di sela-sela kegiatan SBY Tour de Jawa Barat (Jabar), di Sukabumi, Jabar, Senin (26/3).
SBY mengungkapkan, dirinya pernah mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait tantangan perekonomian nasional. SBY menyampaikannya saat pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (rapimnas) PD, Sabtu (10/11).
Dikatakan SBY kembali, kenaikan harga produk tambang, seperti minyak, gas bumi dan batu bara, di satu sisi menghadirkan peluang. Pasalnya, sebagai produsen, Indonesia mendapat keuntungan secara ekonomi.
Di sisi lain, menurutnya, kenaikan ini akan membuat harga BBM dan listrik juga ikut mengalami penyesuaian. Dampaknya tentu berimbas kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Harga barang dan tarif jasa angkutan dipastikan juga ikut naik.
“Harga BBM jenis Pertalite baru saja naik, Pertamax sudah naik sebelumnya. Persoalan yang saya dengar Premium hilang, sulit didapat, seolah mayarakat diarahkan beli Pertalite atau Pertamax. Ini harus diatasi, pemerintah harus transparan, berikan penjelasan kepada rakyat,” tegas Presiden keenam RI ini.
Dia dapat memahami kebijakan kenaikan harga BBM. Saat memimpin Indonesia, pemerintahannya pernah beberapa kali menyesuaikan harga BBM. “Karena itu, pemerintah (sekarang) jangan malu-malu, jangan ragu-ragu, untuk memberikan subsidi kepada rakyat golongan ekonomi bawah. Asal subsidinya pantas dan masih dalam tingkat aman bagi keuangan negara,” ucapnya.
Dia menuturkan, kritik keras dialamatkan kepadanya sewaktu memberikan subsidi bantuan dana kepada rakyat kecil. Kebijakan subsidi cukup besar kala itu, dilakukan karena minyak dunia menyentuh angka 150 dolar AS per barel.
“Waktu itu dibilang saya tidak mendidiklah, kebijakan yang meninabobokanlah, dihujat sana-sini, tapi tak apa-apa, saya harus ambil resiko. Ini terbukti, ekonomi kita selamat, bahkan bisa tumbuh di atas 6 persen,” tuturnya.
Kini, dia menyatakan, pemerintah sepatutnya memberikan bantuan kepada masyarakat ekonomi lemah agar daya beli bisa tetap terjaga dan kondisi perekonomian bangsa tidak semakin memburuk.
Sumber: Berita Satu