Tulungagung – Barang-barang bekas tidak berharga bila berada di tangan orang kreatif mampu diubah menjadi benda yang lebih bernilai. Seperti kreasi warga Tulungagung, yang mengubah karet bekas talang air menjadi wayang.
Mujiono, seniman asal Dusun Bandil, Desa Tanjung, Kecamatan Kalidawir, mengolah karet bekas talang air menjadi bahan baku wayang sebagai ganti kulit sapi maupun kambing.
Proses pembuatan wayang tersebut dilakukan dengan teliti, mulai dari sketsa hingga pengecatan dan pemberian berbagai aksesoris maupun ornamen, sehingga mirip dengan wayang kulit.
“Saya memilih bahan baku dari talang ini karena lentur kemudian mudah untuk diolah dan untuk catnya juga relatif bisa tahan lama,” kata Mujiono kepada detikcom, Kamis (9/11/2017).
Menurutnya, sebelum memulai mengolah talang bekas tersebut, Mujiono terlebh dulu menyortir untuk memilih lembaran talang yang kondisinya masih bagus dan tidak pecah maupun berlubang. Selanjutnya, tangan terampilnya mulai membuat sketsa wayang sesuai dengan karakter yang diinginkan.
“Proses sketsa ini penting, karena akan menjadi penuntun dalam tahap-tahap berikutnya, sehingga harus teliti,” immbunya.
Ditambahkan Mujiono, proses pengerjaan wayang dari barang bekas tersebut relatif lebih mudah dibanding menggunakan bahan baku kulit. Sebab, tidak perlu proses pengolahan yang rumit. Hanya saja tetap membutuhkan ketelitian untuk mencapai hasil yang maksimal.
Setelah gambar sketsa wayang tergambar dengan jelas, proses selanjutnya dengan menggunting sesuai dengan pola yang ada. Kemudiaan dilakukan pengecatan badan seluruh bagian wayang.
“Proses pengecatan wayang ini yang paling vital, karena pantas dan tidaknya sebuah wayang pasti akan muncul dari warga yang dipadu-padankan. Kalau pewarnaannya sembarangan maka hasilnya juga tidak bisa bagus,” kata Muji.
Bagian akhir dari pembuatan wayang talang tesebut adalah memasang kerangka sebagai penguat dan pegangan. Dan wayang pun siap untuk dimainkan.
Pria asli Tulungagung ini mengaku, selain wayang, ia juga sering membuat benda seni lain berupa jaranan dari bahan serupa. Menurutnya kreativitasnya mengubah barang bekas ini muncul saat melihat pawai karnaval HUT RI.
“Saat itu banyak anak-anak yang membawa jaranan dari bahan anyaman bambu kelihatannya berat. Kemudian saya coba membuat dengan bahan talang bekas dan berhasil, kemudian buat lagi wayang ini,” ujarnya.
Untuk satu buah wayang kreasinya dijual antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung dari tingkat kerumitan dan jenis wayang yang dibuat. Biasanya wayang dari barang bekas tersebut digunakan sebagai hiasan maupun alat peraga kesenian di sekolah-sekolah.
“Selama ini untuk pemesannya rata-rata dari dalam kota Tulungagung, pemasarannya dari mulut ke mulut. Ya semoga pemanfaatan barang bekas ini membantu penyelamatan lingkungan,” jelasnya.
(fat/fat)