Surabaya: Permintaan ekspor ikan patin dari Jeddah, Arab Saudi, mencapai 225 ribu ton per tahun. Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur sebagai daerah penghasil patin sudah tidak mampu memenuhi permintaan tersebut.
“Sejauh ini kapasitas produksi dan kualitas ikan patin terbaik Indonesia memang berasal dari Tulungagung, Jatim. Saya komunikasi dengan Bupati Tulungagung, ternyata permintaan itu sudah tidak bisa dipenuhi petani (patin) Tulungagung,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di Surabaya Plaza (Delta), Jumat, 15 November 2019.
Khofifah meminta Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim berperan aktif untuk memenuhi permintaan tersebut. Ia berharap ekspor ikan patin ke Arab Saudi tetap terpenuhi. “Maka itu, dinas terkait penting untuk mengkomunikasikan dengan kabupaten terdekat. Misalnya Nganjuk, Kediri, Blitar misalnya, supaya rumpun selatan bisa menjadi penguat budidaya patin,” jelas Khofifah.
Selain itu Khofifah berharap Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim juga berperan dalam menyediakan lahan lebih luas untuk budidaya patin di daerah-daerah potensial. “Ini tugas dinas, kami juga berharap kementerian KKP bisa memberi pendampingan dan penguatan, supaya peluang pasar internasional ini bisa tertangkap,” jelas Khofifah.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, Mochammad Gunawan Saleh, mengatakan bahwa kapasitas produksi ikan patin di Tulungagung sebenarnya sudah tergolong besar. Mencapai 50 ton per hari.
Namun, selain kebutuhan ekspor ke Jeddah untuk memenuhi kebutuhan jemaah haji mencapai 300-400 ribu ton per tahun, kebutuhan dalam negeri menurutnya juga cukup banyak.
Belum lagi eksportir ikan patin dalam waktu dekat ini juga akan mengembangkan ekspor ikan patin untuk memenuhi kebutuhan jemaah umroh. Maka produksi ikan patin yang dibutuhkan harus meningkat.
“Kami akan mendorong pengembangan budidaya ikan patin ke beberapa daerah seperti Kediri, Blitar, dan Nganjuk. Dengan harapan produksi ikan patin di tiga daerah itu bisa untuk mencukupi kebutuhan ekspor,” kata Gunawan.