Blitar – Semangat heroisme pemuda saat perang 10 Nopember 1945 di Surabaya, tak diragukan lagi. Walaupun hanya memegang senjata bambu runcing, namun dengan gagah berani mereka menyerbu tentara sekutu. Apa rahasianya?
Dari ribuan pemuda pejuangan tersebut, mereka di antaranya adalah pejuang dari Hizbullah dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Apa sebenarnya bekal para pejuang itu dengan beraninya maju ke medan perang. Padahal jika dilihat dari senjata yang mereka bawa, kalah jauh dengan persenjataan tentara sekutu.
Penelusur sejarah yang mengumpulkan data dan fakta dalam pembuatan film Manaqib Ulama, Mahathir Muhammad, menceritakan, sebelum berangkat perang, ternyata tentara Hizbullah dan TKR itu mendapat penggemblengan secara rohaniah dan mendapat ijazah (restu) dari KH Manshur. KH Manshur juga terkenal dengan panggilan Mbah Kyai Pucung, artinya dari Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar masa sekarang.
“Dari beberapa narasumber yang saya temui, mereka mengungkapkan fakta, bahwa para tentara Hizbullah dan TKR ini sowan ke Kyai Manshur. Di pondok Kalipucung ini mereka mendapat gemblengan secara rohani dan diijazahi,” kata Mahathir saat berbincang dengan detikcom di rumah peninggalan Kyai Manshur di Kalipucung, Jumat (10/11/2017).
Baca juga: Bambu Runcing Pertempuran 10 November Ternyata Dipasok dari Blitar
Penggemblengan rohaniah ini, kata Mahathir, menjadi kekuatan dan keyakinan para pasukan untuk berani melawan Sekutu. Karena secara logika tidak seimbang secara persenjataan. Banyak pasukan dari berbagai daerah di Jawa Timur yang sowan kepada Kyai Manshur untuk diisi senjata bambu runcingnya agar menjadi senjata ampuh.
“Saya bertemu Kyai Djaenuri berusia 84 tahun. Beliau ini santri KH Manshur. Biasanya suka membuatkan kopi kalau ada tamu di pondok. Beliau ini saksi hidup proses penyepuhan (doa) ribuan bambu runcing yang akan dibawa tentara Hizbullah ke Surabaya ,” jelasnya.
Dalam kesaksiannya, Kyai Djaenuri melihat ribuan pejuang yang akan berlaga di medan perang berjajar dan berbaris untuk disuwuk atau diijazahi oleh Kyai Manshur terlebih dahulu.
Bahkan Bung Tomo beserta pasukannya pernah sowan ke kediaman Kyai Manshur untuk diisi kekebalan, meminta hizib (amalan doa), serta memohon doa restu untuk berjuang di medan perang.
Baca juga: Bambu Runcing Ampuh di Pertempuran 10 November, ini Jawabannya
Proses penyepuhan bambu runcing adalah dengan cara bambu runcing dikumpulkan dan diberi nama-nama sesuai pemiliknya . Kemudian dibacakan doa kepada Allah SWT agar bambu runcing tersebut dapat memiliki kekuatan luar biasa.
“Menurut saksi sejarah Kyai Djaenuri, bambu runcing Kyai Manshur memiliki kekuatan dan keampuhan. Diantaranya jika tiga bambu runcing ditancapkan tanah di depan pejuang, maka tidak terlihat oleh musuh ,” papar Mahathir.
Untuk mengetes keampuhan bambu runcing biasanya dilakukan dengan cara mengarahkan bambu runcing ke arah cecak. Jika cecak jatuh maka bambu runcing tersebut berhasil disepuh.
Jika sudah mendapat dua bekal itu, merekapun berangkat naik kereta menuju Surabaya. Bahkan, tak sedikit dari para pejuang itu menuju Surabaya dengan naik truk bak terbuka.
(iwd/iwd)