Blitar – Areal persawahan seluas 25 hektare lebih di Kecamatan Sutojayan, Blitar jadi langganan banjir. Bibit padi yang baru ditanam sepekan lalu, terancam membusuk jika air masih menggenang. Sayangnya, sawah seluas itu belum ada yang tercover Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Seorang petani lingkungan Gondanglegi, Diah Triyunanik (53) mengaku belum mengenal asuransi itu.
“Saya sudah masuk kelompok tani, untuk mengambil pupuk. Kalau yang gagal panen terus diganti pemerintah kok malah belum tahu,” katanya ditemui di sekitar sawahnya yang terendam banjir, Sabtu (25/11/2017).
Sama seperti halnya, Mainan (47) yang juga belum mengetahui tentang asuransi padi itu. “Kok malah ndak tahu. Ya Untung saya masih nanam bibit cuma sepetak, modalnya Rp 50 ribu. Kalau sudah saya tanam semua, waduh rugi banyak pasti saya,” ujarnya dengan tatapan kosong.
Di depannya, tampak hamparan sawah bak lautan karena terendam banjir. Wilayah ini menjadi langganan banjir tiap tahun. Bahkan tahun 2017, banjir sudah terjadi sebanyak dua kali. Pada awal Februari lalu dan Jumat (24/11) sekitar pukul 13.00 wib.
Ditemui di Kantor Kelurahan Sutojayan, Lurah Slamet juga sangat menyesalkan rendahnya kesadaran warga mengikuti AUTP.
“Sini ini potensi kerugian sangat tinggi, karena wilayahnya jadi langganan banjir. Tapi kesadaran petani untuk ikut asuransi kok belum ada. Padahal pak mantri sudah berulang kali nawari mereka lho,” jelas Sugeng.
Sementara data dari Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapa) Kabupaten Blitar menyatakan, dana subsidi AUTP sebesar Rp 956.160.000 yang belum terserap. Dana sebanyak itu akan dikembalikan ke negara, jika sampai akhir bulan Desember nanti belum juga dimanfaatkan petani untuk pembayaran premi asuransi padi.
(fat/fat)