Lamongan – Kulit kacang selalu dibuang begitu saja saat ngemil kacang. Tak jarang kulit kacang ini menjadi limbah yang terbuang percuma. Banyaknya limbah kulit kacang ini pun mengilhami 3 pelajar Lamongan untuk berinovasi. Kulit kacang tersebut disulap menjadi hand sanitizer atau pembersih tangan non alkohol dan ekonomis.
Tiga pelajar SMA Muhammadiyah 1 Babat itu yakni Kartika Merdeka Wati Mulyono, Salwa Asrofil dan Nadhiro. Salah seorang pelajar, Kartika mengaku dari banyaknya limbah kulit kacang terbuang sia-sia, dirinya melakukan inovasi. “Kami mencari cara agar kulit kacang bisa dimanfaatkan,” kata Kartika diamini dua rekan lainnya, Kamis (26/10/2017).
Kartika mengaku sejak mengetahui kulit kacang mengandung anti bakteri, dia dan teman-temannya mencari bahan pelengkap alami yang tak mengandung efek samping. “Dari beberapa referensi ditemukan paduan kulit kacang dengan lidah buaya, yang mengandung saponin. Selain itu, kulit jeruk nipis yang mengandung minyak atsiri, digunakan sebagai minyak pewangi,” tambah Kartika yang mengaku komposisi bahan ini cukup mudah ditemukan di Babat.
Kartika menjelaskan, proses pembuatan hand sanitizer dari kulit kacang ini sangat sederhana. Sebab, dibuat secara manual dan tidak menggunakan mesin-mesin seperti yang digunakan di pabrik-pabrik. Bahan kulit kacang dibersihkan untum kemudian dijemur.
“Setelah kering, baru kulit kacang ini dihaluskan dan disaring lalu dicampur dengan semua bahan,” tutur kartika yang meneliti dan berinovasi dengan kulit kacang selama lebih kurang 3 bulan ini.
Setelah proses pencampuran semua bahani, dilakukan proses sterilisasi dan penambahan gel. Dari proses ini, mereka mengaku hand sanitizer ini sudah bisa digunakan.
“Keunggulannya tidak menggunakan alkohol, yang umumnya menyebabkan efek samping, seperti gatal dan kering,” kata Kartika yang mengungkapkan kalau hand sanitizer dari kulit kacang ini juga praktis dan ekonomis.
Sementara guru pembimbing 3 siswi ini, Emzita Taufik mengku ide pembuatan hand sanitizer murni tercetus dari ide dan proses penelitian siswa. Pihak sekolah, aku Taufik, hanya menjembatani fasilitas serta memberikan gambaran-gambaran singkat pada proses pembuatannya.
“Ke depan, pihak sekolah akan memproduksi hand sanitizer ala siswi ini dalam skala lebih besar. Sehingga, ada respon terhadap hasil jerih payah siswa dalam penelitian tersebut,” tuturnya.
Taufik mengatakan, hasil dari inovasi para siswa ini juga sudah pernah diikutsertakan dalam lomba dan menyabet juara 1. “Alhamdulillah pada lomba karya tulis ilmiah (LKTI) di Unesa Surabaya beberapa waktu yang lalu, anak-anak ini jadi juara 1,” ungkapnya.
(fat/fat)