Malang – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Kota Malang sebesar 0,05 persen pada September 2017. Angka ini lebih rendah ketimbang Surabaya sebesar 0,26 persen.
Dari 7 kota lain di Jawa Timur, laju inflasi tertinggi adalah Kediri sebesar 0,31 persen, disusul Surabaya, Madiun 0,12 persen, Probolinggo dan Banyuwangi sebesar 0,11 persen.
Kondisi ini jauh menurun dibandingkan Juli 2017 lalu, inflasi Kota Malang tertinggi di Jawa Timur sebesar 0,37 persen.
Sebulan kemudian, Kota Malang justru mengalami deflasi 0,57 persen. Deflasi disebabkan karena penurunan sejumlah harga seperti bawang putih, bawang merah, cabai rawit, serta jenis sayuran lain.
Sementara inflasi Kota Malang pada September 2017, dipicu oleh kenaikan harga beras, tarif kereta api, perhiasan emas, hingga harga surat kabar harian. Penyebab mendasar inflasi adalah naiknya indeks harga konsumen secara umum.
“Beberapa indikator menyebabkan terjadinya inflasi, seperti bahan makanan, rokok, dan harga tiket transportasi dan beberapa item mengakibatkan deflasi dari harga komoditas,” kata Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kota Malang Henry Soeryaning Handoko berbincang dengan detikcom, Jumat (27/10/2017).
Dikatakan Henry, kelompok pengeluaran yang memberikan andil atau menyumbang inflasi pada September 2017, yakni transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0.0411 persen, sandang 0.0300 persen, perumahan air listrik, gas dan bahan bakar 0.0237 persen.
Sedangkan, kelompok makanan jadi seperti minuman, rokok dan tembakau sebesar 0.0180 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0.0095 persen.
“Laju inflasi tahun ke tahun untuk September 2017 ke September 2016 sebesar 3.80 persen,” ujarnya.
(fat/fat)
