Berwisata ke Jawa Tengah identik dengan berkunjung ke candi atau keraton. Kini, kalau kita ke Solo, ada wisata berbeda yang bisa kita sambangi, yaitu De Tjolomadoe dan The Heritage Palace, yang dulunya merupakan pabrik gula.
Tak lama setelah kita mendarat di Bandara Adi Soemarmo, sekitar 10 menit perjalanan dengan mobil kita akan menemukan De Tjolomadoe. Terletak di Jalan Adi Sucipto, Karanganyar, bekas Pabrik Gula Colomadu (PG Colomadu) tersebut telah direvitalisasi menjadi tempat wisata serta kawasan komersial.
Pada 2017 PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), dan PT Jasa Marga Properti membentuk joint venture dengan nama PT Sinergi Colomadu untuk melaksanakan konstruksi revitalisasi dengan mengikuti kaidah cagar budaya.
Bekas bangunan seluas 1,3 hektare di atas lahan 6,4 hektare direvitalisasi dengan tetap mempertahankan nilai dan kekayaan historis yang ada. Mesin-mesin raksasa tetap dipertahankan sebagai bukti sejarah dan edukasi bagi pengunjung.
Ground breaking dilakukan pada 8 April 2017. Dengan panduan studi kelayakan yang melibatkan pakar-pakar di bidang arsitektur, sejarah, dan budaya, PG Colomadu diharapkan menjadi kawasan wisata dan kawasan komersial yang mumpuni. Peresmiannya dilakukan pada 24 Maret 2018 bersamaan dengan gelaran konser musik yang menghadirkan musisi dunia David Foster & Friends di Tjolomadoe Hall, yang mampu menampung hingga 3.000 pengunjung.
Sebagai tempat wisata baru, De Tjolomadoe berusaha memesona pengunjung dengan berbagai cara. Di sini ada restoran, coffee shop, aula, dan stan-stan yang menjual aneka batik dan suvenir khas Solo. Banyak spot foto yang menarik di dalam dan di luar ruangan. Tempat ini buka setiap hari untuk umum, pada pukul 10.00-21.00 WIB.
Usia Seabad Lebih
PG Colomadu didirikan pada 1861 di Karanganyar oleh Mangkunegaran IV, setelah meminta persetujuan Residen Belanda di Surakarta. Pabrik dibangun oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama R. Kampf. Lokasinya di Desa Krambilan, distrik Malang Jiwan yang berada di sebelah utara Kartasura. Pemilihan lokasi ini karena wilayah tanah dan air yang dinilai mencukupi.
Pada 1860-an, industri perkebunan tebu menjadi usaha yang menjanjikan karena waktu itu gula menjadi produk yang sangat dibutuhkan oleh pasar dalam dan luar negeri. Sebagai salah satu bahan makanan pokok, gula diperlukan oleh beberapa pihak. Dengan membangun pabrik, Mangkunegara IV berharap bisa mencukupi kebutuhan Praja Mangkunegaran.
Pabrik gula tersebut diberi nama “Colomadu” yang mempunyai makna gunung madu. Pada 1862, PG Colomadu mulai beroperasi. Tahun pertama panen menghasilkan sekitar 3.700 kuintal gula dari perkebunan tebu seluas 95 hektare. Gula yang dihasilkan PG Colomadu dipasarkan di daerah sekitar Mangkunegara, Bandaneira, dan Singapura, bekerja sama dengan perantara.
Pabrik berkembang pesat dari tahun ke tahun. Dengan hasil gula yang semakin melimpah, Mangkunegoro IV berencana kembali membangun pabrik gula sebagai penguat bisnis. Pada 1871, berdirilah Pabrik Gula Tasikmadu. Pabrik ini berada di daerah Tasikmadu, Karanganyar.
Seiring berjalannya waktu, PG Colomadu diambil alih oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN). Dalam perjalanannya, Colomadu tidak bisa mengembangkan produktivitas seperti sebelumnya. Pada 1998, perjalanan Pabrik Gula Colomadu berhenti. Produksinya telah dilimpahkan ke Pabrik Gula Tasikmadu yang masih beroperasi hingga saat ini.
Tak jauh dari PG Colomadu, ada pabrik serupa yang menjadi tempat wisata kekinian. The Heritage Palace merupakan bekas Pabrik Gula Gembongan. Baru dibuka pada 9 Juni 2018, pabrik yang terletak di Jalan Pemata Raya, Pabelan, Sukoharjo ini menjadi salah satu wisata favorit di Solo. Bekas pabrik gula ini menawarkan wisata menarik seperti Museum Tiga Dimensi Trick Art, Museum Industri, Omah Kwalik, Garden Retro Paradise, Convention Hall, juga ada Kids Town dan Food Street.
Kawasan The Heritage Palace ini adalah bangunan cagar budaya karena dulunya merupakan pabrik gula peninggalan zaman kolonial Belanda. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1892 ini mempunyai luas lahan sekitar 2,2 hektare.
Istana yang Instragammable
Kesan antik bangunan terasa di bagian dalam ruangan, sedangkan fasad luarnya menyerupai bangunan arsitektur Eropa. Deretan mobil kuno yang keren-keren juga menghiasi halaman di sekitarnya dan bengkel di dalamnya, seperti mobil Dodge buatan tahun 1948 yang pernah digunakan Presiden Soekarno. Ada pula mobil pemadam kebakaran Dodge Power tahun 1963, Fiat tahun 1951, Opel tahun 1968, Chevrolet Bel Air USA tahun 1955, Jeep US Army tahun 1968, Jeep Willys USA tahun 1943, dan sebagainya.
Untuk menambah daya tarik dibuat juga berbagai spot foto unik seperti di Omah Kwalik dan Museum Tiga Dimensi. Semua hal tersebut membuat tempat ini instagrammable. Para penggiat media sosial Instagram merasa girang berada di sini. Tak usai-usainya mereka mengambil foto dari berbagai sudut.
The Heritage Palace buka setiap hari, Senin-Kamis pukul 10.00-18.00 WIB dan Jumat-Minggu pukul 09.00-21.00 WIB. Tiket masuk dibanderol Rp 55 ribu per orang.
