Banyuwangi – Usaha sampingan ‘taksi’ di Gunung Ijen, Banyuwangi bagi penambang belerang setempat cukup menguntungkan.
Ongkos yang dipatok memang tidak murah. Padahal jarak tempuhnya relatif sangat pendek, sekitar 3 Km, penumpang harus merogoh kocek Rp 800 Ribu hingga Rp 1,2 Juta untuk sekali trip pulang pergi.
Ya, ini bukan sembarang taksi. Taksi ini adalah gerobak beroda dua yang telah disulap menjadi alat angkut wisatawan yang mendaki ke Gunung Ijen untuk menikmati pemandangan kawahnya yang keren luar biasa tanpa harus ngos-ngosan.
Tenaga penggeraknya bukanlah mesin, melainkan manusia. Setiap gerobak membutuhkan satu hingga empat orang ‘driver’ yang tentunya berpengalaman dan perkasa.
Bila bobot penumpangnya di atas 80 Kg, maka satu orang bertugas mendorong sekaligus mengendalikan kemudi, tiga orang lagi bagian menarik gerobak.
Lain jika hanya menumpang saat turun menuju pintu keberangkatan di Paltuding, cukup didorong satu orang. Tarif trip pulang pergi yang dipatok dibagi dua katagori. Bagi wisatawan domestik dikenakan Rp 800 ribu, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 1,2 juta.
Namun ‘taksi’ ini juga melayani bila wisatawan hanya ingin berangkat atau pulangnya saja.
“Kalau cuma pulangnya saja antara Rp 200 Ribu,” jelas Eko, salah satu penambang belerang yang juga menarik ‘taksi’, Sabtu (11/11/2017).
Wisatawan yang mendaki menggunakan ‘taksi’ ini menempuh jarak sama dengan tracking menuju puncak Ijen, sekitar 3 Kilometer. Namun, pengguna ‘taksi’ dijamin akan lebih cepat tiba di puncak.
“Kalau pejalan kaki itu ya bisa 3 sampai 4 jam. Kalau kita sekitar dua jam setengah sudah sampai puncak. Wisatawan biasanya minggir ketika ada kita jalan. Kasihan mungkin,” tambahnya.
Saat ini jumlah ‘taksi’ yang sudah dilengkapi rem ini sudah puluhan unit melayani wisatawan.
“Saat ini ada 30. Namun yang biasa beroperasi per-hari tidak lebih dari separuhnya,” jelas Sunardi, salah satu penambang belerang lainnya.
Menurut Sunardi, operasional ‘taksi’ tergantung dengan jumlah penambang. Ia mengaku tak semua penambang belerang berprofesi ganda menjadi ‘driver taksi’. Karena permintaan tergantung dengan jumlah wisatawan yang order ke puncak Ijen.
“Jumlah penambang di sini sekitar 900an orang. Tidak semuanya narik ‘taksi’. Ada yang masih tetap menjadi penambang belerang,” tambahnya.
Ada pula yang meski sejak dini hari menarik ‘taksi’, namun setelah tak ada order mereka juga mengambil dan mengangkut belerang.
“Kalau kuat ya ambil belerang juga,” ujar pria beranak lima ini.
Menjadi penarik ‘taksi’, kata Sunardi, cukup untuk menghidupi keluarga. Dari ‘bisnis’ baru ini, Sunardi mengaku mendapatkan uang sekitar Rp 600 ribu perhari. Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya menambang belerang yang per hari membawa pulang sekitar Rp 300 ribu.
“Tergantung jumlahnya minim 3 wisatawan bisa dapat Rp 600 ribu. Kalau sepi ya sampai Rp 200 ribu. Kalau cuma 1 trip pulang pergi dibagi empat orang,” tambahnya.
(ugik/ugik)